Matoa
(Pommetia Pinata)
Matoa (Pometia pinnata) adalah pohon buah tropis yang sangat khas Indonesia, terutama Papua, dan merupakan anggota famili Sapindaceae, sama seperti rambutan, kelengkeng, dan leci. Buah ini dikenal karena rasanya yang unik dan aroma harumnya yang khas.
Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Sapindales
Keluarga : Sapindaceae
Marga : Pometia
Spesies : Pometia pinnata J.R.Forst. & G.Forst.
Matoa (Pometia pinnata) adalah pohon buah tropis yang sangat khas Indonesia, terutama Papua, dan merupakan anggota famili Sapindaceae, sama seperti rambutan, kelengkeng, dan leci. Buah ini dikenal karena rasanya yang unik dan aroma harumnya yang khas.
Syarat Tumbuh
Matoa merupakan jenis tanaman khas hutan hujan daratan rendah dibawah ketinggian 500 m dpl dan jarang mencapai 1000 m dpl, namun di Aceh pernah ditemukan pada ketingian1700 m dpl. Tanaman ini dapat tumbuh pada tanah liat, batu kapur, dan tanah berpasir atau tanah bersifat lempung. Matoa tumbuh di berbagai tipe tanah dan paling subur pada tanah berbatu kapur yang system drainasenya baik, tetapi tidak toleran terhadap iklim musiman (Wambrauw, 2011). Kemudian Thomson dan Thaman, (2006) matoa tumbuh dengan baik pada pH tanah sedikit asam sampai sedikit basa (pH 4-8). Menurut Kadir dan Garuda (2014), iklim yang dibutuhkan untuk pertumbuhan matoa dengan curah hujan yang tinggi <1200 mm/tahun, dengan suhu 200C-280C. Matoa membutuhkan cahaya dengan intensitas cahaya yang mengenai pohon sekitar 70-100%. Soemiasri et al, (1996) menyatakan bahwwa matoa dapat tumbuh pada curah hujan 2480 mm/tahun. Kemudian ditegaskan dalam penelitian Putri E.N.et al, (2017) bahwa habitat tumbuh matoa yang baik mulai dari subtropis basah sampai tropis dengan curah hujan 1500-5000 mm/tahun.
Morfologi
Bentuk dan ukuran matoa termasuk dalam pohon besar. Thomson dan Thama Jacobs (1962) mendeskripsikan bahwa Matoa merupakan tumbuhan berumah satu; pohon yang berukuran sedang sampai besar, Daunnya majemuk menyirip genap, tersusun spiral, dau muda berwarna krem sangat mencolok. Anak daun berhadapan sampai berkeliling, pasangan bawah daun selalu lebih kecil; setiap pertulangan anak daun berakhir atau bermuara pada setiap ujung anak daun, (2006) matoa tumbuh dengan tinggi 12-20 m, dengan 10-20 m diameter tajuk, bentuk batang bengkok dan agak lurus, pada pohon yang sudah tua akan muncul banir-banir.
Perbungaan terdapat di ujung ranting, kadang-kadang di bagian ketiak daun. Wambrauw (2017) menyatakan bahwa bunga jantan dan betina terdapat pada satu rangkaian perbungaan dalam satu individu. Braktea menyerupai bentuk segi tiga sempit sampai benang. Bunga yang paling atas atau soliter, tanpa bracteole, uniseksual, simetri radial; bunga terate, ramping, articulate, Panjang dan tenggelam dalam buah, sepal, umunya panjang sampai lebih dari separuh bersatu, bagian kuncup mengatub, dua bagian terluar selalu lebih tipis dan lebih kecil; tepi rata, persisten pada buah, petal, umumnya pendek sampai panjang dan jelas jika dibandingkan dengan kelopak, tidak atau berkuku keras, hampir rata, cakram dalam bentuk cincin, pulvinate, tidak bercuping, kurang lebih bergelombang; benang sari pada bunga jantan lebih panjang, menjarum, berambut terutama pada bagian paruh bawah atau licin, kepala sari rapat menyerupai bentuk pola kupu-kupu; ovarium duduk, bentuk jantung, 2 (-3) ruang, tangkai putik sama panjang atau lebih panjang dari ovarium, 1 bakal biji tiap ruang. Buah menempel langsung ditopang tangkai buah, berambut, merah sampai hitam saat ranum; kulit luar kasar, agak tipis; kulit tengah agak tebal dan bersari putih, semi transparan, rasa manis. Buah yang kering memiliki retakan tidak beraturan menjadi dua serabut atau lapisan gabus salah satunya di dalam pericarp dan yang lainnya menyelimuti biji. Biji bulat melonjong, coklat kemerahan, tersalut daging tipis arillode secara sempurna. Matoa memiliki buah normal dan kadang-kadang dijumpai buah abnormal. Buah abnormal lebih kecil ± 1/3 dari ukuran buah normal biasanya, buah terbentuk dari kejadian tumbuh dan membesarnya bakal biji yang proses perkawainan kembar biji tidak sempurna. Buah normal matoa memiliki panjang 2-4 cm, diameter 1.5-4 cm, ketebalan daging 0.01–4 mm (Wambrauw, 2017).
Manfaat Tanaman
Matoa merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat. Di Indonesia buah matoa dikenal sebagai pangan yang memiliki rasa buah yang khas (Lely N, et al, (2016). Selain dari pemanfaatan buah matoa sebagai bahan pangan, bagian tanaman seperti kulit dan daun banyak digunakan sebagai bahan obat herbal untuk bidang kesehatan. Menurut Suharno dan Tanjung (2011) air hasil perasan dari kulit matoa dapat menyembuhkan penyakit nyeri dan influenza. Di Malaysia rebusan kayu dan daun dipakai mandi untuk menurunkan demam. Lewikabessy et al, (2018) menyatakan bahwa buah matoa merupakan buah yang banyak mengandung vitamin A, C dan E. Kandungan vitamin pada buah matoa berkhasiat untuk bidang kesehatan seperti meningkatkan kekebalan tubuh, menyehatkan kulit dan mengurangi resiko penyakit jantung. Selain dari kandugan buah matoa, tanaman matoa juga merupakan pohon yang kayunya banyak dimanfaatkan sebagai industri perkayuan seperti bahan untuk jembatan, perumahan, dan lantai (Krisnawati dan Wahyono 2003).
Referensi
Kadir S. dan Garuda R. S. (2014). Tanama Khas Papua Matoa (Pometia pinnata). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua. Halaman:1-19
Krisnawati H., Wahyono D.(2003). Penggunaan Model Taper untuk Menduga volume Batang jenis Matoa (Pometia pinnata) di Halmahera, Maluku. Buletin Penelitian Hutan (forest reseach bulletin). Halaman: 11-24
Lely N., Ayu M.A., dan Andrimas. (2016). Efektifitas Beberapa Fraksi Daun Matoa (Pometia pinnata Forst) Sebagai Antimikroba. STIFI Bhakti Pertiwi Palembang. 1 (1) : 51-60
Putri E. N., Kusumawati A., Azhar, dan Swasti E.(2017). Eksplorasi dan Karakterisasi Buah-buah Lokal Sumatera Barat yang Terancam Punah. Jurusan agroteknologi. Fakultas Pertanian. Andalas niversity.Volume 3: No.1. Halaman 117-126
Soemiasri N, Kuswara T, Indarto SN. 1996. Pemanfaatan Matoa (Pometia pinnata Forst.) di Beberapa Daerah di Irian Jaya. Didalam: Purwanto Y,Waluyo EB, editor. Kebijakan Masyarakat Lokal dalam Mengelola dan Memanfaatkan Keanekaragaman Hayati Indonesia, Prosiding Seminar Nasional Etnobotani III; Denpasar-Bali, 5-6 Mei 1998. Bogor: Puslitbang. Bioteknologi LIPI Cibinong.hlm 182-185.
Thomson Lex A.J dan Thaman Rhadolf R. (2006) Species profiles for facific island agroforestri. Pometia pinnata (tava). Sapindaceae (soapberry family). www. Traditionaltree.org. ver: 2.1 -Wambrauw L.H. (2011). Karakterisasi Morfologi dan Isozim Matoa (Pometia
pinnata Forst). Istitut Pertanian Bogor. Halaman:25-78